Situasi yang memudahkan
mengenali diri sendiri
Pondasi untuk pengembangan diri adalah
mengenali diri sendiri. Mengenali diri sendiri itu tidak mudah. Namun ada
beberapa situasi atau moment yang memudahkan kita mengenali diri sendiri.
1. Mendapatkan
tekanan atau cobaan
Pada tulisan yang berjudul "Melalui Cobaan, Kita Lebih Mudah Mengenali Diri Sendir", sudah dibahas tentang peran cobaan
dalam menyediakan kesempatan bagi kita untuk mengenali diri sendiri. Dalam
situasi tersebut, kita cenderung merespon dengan cara kita yang asli. Lihat
saja polanya. Jika konsisten, maka itulah diri kita yang sesungguhnya.
2. Kejadian yang tak
terduga atau tiba-tiba
Tidak perlu membayangkan sebuah kejadian besar.
Perhatikan lagi diri kita saat kejadian-kejadian kecil yang terjadi secara
mendadak, misalnya jatuhnya gelas atau piring, kesalahan mengetik, kehabisan
tinta saat akan ngeprint dan sebagainya. Perhatikan pada saat situasi tersebut,
apa yang kita katakan, perasaan kita, sikap dan perbuatan kita. Misalnya saja
kita menjatuhkan gelas secara tidak sengaja. Mungkin saja kita langsung
berseru, “Sialan!”, “Innalillah..” dan sejenisnya. Tentu kita mengenal mana
kata-kata baik dan mana yang buruk. Kita punya pola yang mana. Begitu juga
dengan perasaan kita. Apakah saat gelas jatuh, kita merasa marah, sedih, atau
tenang-tenang saja. Perhatikan polanya pada kejadian-kejadian yang serupa.
3. Saat kehilangan
Saat kehilangan juga dapat digunakan untuk mengenali
diri sendiri. Dengan kata lain, saat kehilangan, kita lebih mudah mengenali
diri sendiri. Kehilangan yang dimaksud, bisa kehilangan hal-hal kecil, seperti
lupa meletakkan benda, kehilangan uang atau barang, sampai meninggalnya orang
tersayang. Seperti halnya saat mengalami kejadian tak terduga, saat kehilangan,
kita juga bisa mengamati apa perkataan dan perasaan kita. Mungkin saja kita
mengatakan, “Duh, apes dah!”, “Ya sudahlah..”, “Saatnya membuat/mencari lagi..”
dan sebagainya. Begitu juga dengan perasaan kita, bisa mangkel, marah, atau
tenang-tenang saja. Perhatikan polanya, jika konsisten, maka seperti itulah
kita yang sesungguhnya.
4. Saat mendapatkan
Tidak hanya saat kehilangan, saat mendapatkan juga
menjadi waktu yang tepat untuk mengenali diri sendiri. Secara lebih mudah,
boleh jadi situasi ini dapat membedakan antara orang yang bersyukur dan tidak,
antara yang tahu terimakasih atau tidak. Memang, saat mendapatkan bukan situasi
yang sangat akurat dalam mengenali diri sendiri, seperti hanya ketika
mendapatkan musibah atau kehilangan. Tapi tetap saja bisa menolong kita dalam
membuat pola diri kita. Misalnya saat mendapatkan posisi baru di sebuah
pekerjaan. Mungkin saja kita berkata, “Wah hebat. Berarti aku dipercaya”,
“Jabatan itu amanat”, atau “Ah, ini pasti berat”. Coba cermati kembali, jika
konsisten, maka itulah diri kita yang sesungguhnya.
5. Tidak terjadi
apapun
Maksud dari tidak terjadi apapun adalah saat semuanya
tetap sama dalam waktu yang lama, misalnya ketika menunggu. Memang, untuk situasi
seperti ini, lebih mudah melihat diri kita, apakah kita orang yang telaten,
sabar, atau tidak. Coba perhatikan, kata-kata atau perasaan apa yang muncul
saat menunggu. Mungkin kita berkata, “Lama banget!”, “Membosankan!”, “Lebih
baik aku membaca/meneruskan menulis cerita”, dan sebagainya. Jika kata-kata dan
perasaan kita konsisten, maka itulah diri kita yang sesungguhnya.
Kelima situasi ini punya keakuratan yang berbeda pada
setiap orang. Mungkin saja ada orang yang lebih mudah mengenali diri sendiri
ketika mendapatkan cobaan, sementara orang lain lebih mudah ketika kehilangan.
Namun demikian, kelimanya bisa saling mendukung dan bisa jadi referensi ketika
kita ingin lebih mengenali diri sendiri.
0 comments:
Post a Comment